Begini Kisah 18 Awak Maskapai yang Mengevakuasi WNI dari Wuhan Hingga Ikut Karantina
RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Perhatian publik sejauh ini terfokus kepada 238 WNI yang dievakuasi dari Wuhan lalu menjalani observasi di Natuna. Lalu bagaimana dengan kondisi awak maskapai Batik Air yang mengangkut para WNI itu?
Ini adalah perjalanan panjang 18 awak maskapai Batik Air. Dari mulai mengevakuasi 238 WNI dari Wuhan ke Batam, sampai kemudian selesai masa observasi 14 hari dan kembali pulang pada Sabtu (15/2) lalu.
18 awak maskapai mendapat tugas menjemput 238 WNI di Wuhan akibat wabah virus corona di negara itu. Dengan pesawat Airbus A330-300 CEO 18 awak bersama tim Kemlu bertolak dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, menuju Bandara Bandara Internasional Tianhe, China.
Pimpinan penerbangan sekaligus pilot, Kapten Destyo Usodo, menceritakan bahwa sejak awal dirinya bersama 17 orang lainnya mengaku siap untuk menjalankan misi kemanusiaan ini.
Destyo menceritakan bahwa tugas penjemputan WNI dari Wuhan ke Batam lalu ke Natuna adalah pengalaman yang paling berharga semasa hidupnya.
"Bagaimana pun mereka saudara-saudara kita di Wuhan. Kita lihat wabah virus corona begitu masif, menurut kami ini misi harus dikerjakan tanpa keraguan apa pun," katanya kepada media, di Lion Air Grup Simulator, Jakarta Timur, dalam konferensi pers Sabtu (15/2/2020) malam.
Sebelum melakukan perjalanan seluruh tim penjemput sudah disuntikan vaksin guna menghindari kejadian terburuk yang tidak diinginkan saat tiba di Wuhan.
"Tentunya ada, pada saat kita sebelum berangkat juga ada briefing dari manajemen apa yang dimitigasi do and dont do," kisahnya. “Kami telah diberi arahan mengenai penanganan dan bagaimana saat berada di sana di antara wabah itu.”
Tiba di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, pada Sabtu (1/2), para WNI telah berkumpul dari berbagai penjuru Provinsi Hubei, Cina. Mereka siap menjalani evakuasi.
Saat itu, tak hanya Indonesia yang melakukan evakuasi warga negaranya, tetapi ada India, Myanmar, serta Maroko.
Sayangnya proses evakuasi memakan waktu yang tidak sebentar. Masih ada proses negosiasi sekitar 1 jam.
"Saat itu bersama-sama dengan pihak Kemenlu, pihak Kemenkes dan relawan tenaga kesehatan BNPB dan Satuan Bravo dari TNI-AU, jadi semuanya berkerja dengan sesuai arahan prosedur tetap yang telah disepakati bersama," kisah Sampai pukul 04.00 dini hari waktu setempat, para WNI harus melalui prosedur yang panjang di kantor imigrasi karena keadaan darurat virus corona.
Akhirnya semua bisa terbang dan tiba di Bandara Hang Nadim Batam. Ia dan 17 awak maskapai merasa bersyukur semua aman terkendali. Namun, ia terkejut karena ia dan 17 awak lainnya ternyata harus ikut menjalani karantina juga di Kepulauan Natuna itu, bersama 238 WNI serta tim yang ada dalam penjemputan.
Walau cukup terkejut, ia dan teman-temannya menjalani hal tersebut karena memang sesuai standar operasional prosedur (SOP) kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah dan lembaga kesehatan dunia WHO.
“Kami sebenarnya terkejut saat diberitahu harus ikut menjalani observasi selama 14 hari. Tapi karena ini sudah menjadi prosedur tetap dari WHO, kami patuh dan mengikuti segala arahan dan aturan itu," ucapnya.
Selama 14 hari awak maskapai bersama 238 WNI serta aparat yang ikut penjemputan menjalani masa karantina dengan melebur bersama-sama. Tak ada batasan di antara orang-orang yang menjalani karantina. Mereka saling berkomunikasi dan saling mengawasi bila mana ada yang membutuhkan bantuan.
Destyo juga menjelaskan tak ada perbedaan perlakuan dari petugas medis. Usai masa karantina adalah hal paling ditunggu. Ia dan 17 awak maskapai kembali mengangkut 238 WNI ke Jakarta untuk kemudian kemudian diserahkan kepada pemerintah masing-masing daerah.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait, yang menyambut kedatangan 18 awak kabin Batik Air, mengucapkan rasa syukur karena misi telah berjalan lancar tanpa hambatan.
“Saya ucapkan selamat datang kepada teman-teman kru dari misi kemanusiaan rute Wuhan-Batam dan kemudian mereka pun ikut dikarantina di Natuna,” kata Edward di Lion Air Group Simulator, Jakarta.
Edward menyadari bahwa tanggung jawab yang diberikan kepada 18 awak maskapai yang terlibat dalam misi penjemputan WNI merupakan tugas yang berat dan menjadi beban tersendiri.
Oleh sebab itu, ia menuturkan saat ini Lion Air berencana untuk memberikan sesuatu bagi para kru sebagai penghargaan dari perusahaan atas jasa dan perjuangan mereka.
Berikut adalah 18 awak maskapai Batik Air yang ikut terlibat dalam misi penjemputan WNI dari Wuhan, Cina Natuna, kemudian mengantarkannya lagi ke Jakarta :
1. Capt Destyo Husodo
2. Capt. Suyono Suwito
3. FO Hendra Tjin
4. FO. Taufan Widya
5. SFA. David Setiawan
6. FA. Indah NurHtri Djufri
7. FA. Tia Septiani
8. FA. Kikiet Teguh Septarianto
9. FA. Anggi Dwi Saputro
10. FA. Abdul Hakim Sungkar
11. FA. Fahmi Ali Joybah
12. FA. Farrand Abdilla
13. FA. Hartini Efniati Hasibuan
14. FA. Ranti Oktaviam
15. FA. Ni Wayan Tangkas
16. FOO. David Rismon
17. ENG. Dimas Syamsurizal
18. ENG. Jemi